Kamis, 16 Juni 2011

HUT RI KE - 66 KORINDO GROUP PAPUA ASIKI


Pekerja Korindo Group Asiki Boven Digoel Papua yang bernaung di bawah bendera PT. KORINDO ABADI yang bergerak di bidang Industri pengelolahan Kayu Lapis Export, bergeliat untuk merayakan kemerdekaan NKRI yang ke- 66.
Sebagai langkah awal yakni terbentuknya Panitia HUT RI KE - 66 yang disponsori oleh SPSI Korindo Group Papua. Dalam kepanitaan yang dikomandoi oleh Bpk. Syaefudi Zuhri melibatkan semua suku, ras dan agama serta terdiri dari beberapa departemen yang ada dalam lingkup Industri Plywood Asiki.

Ada  Curhat penulis ( kutipan catatan harian sebagai sekretaris SPSI periode 2010 - 2012 ) dibalik perayaan HUT RI ke- 66 yang menggugah rasa Nasionalisme para karyawan yaitu ada beberapa persoalan ketenagakerjaan dalam rangkain produksi Industry Kayu Lapis Korindo yang menurut kacamata penulis karyawanya belum merdeka.

Persoalan borongan di industry plywood Korindo Asiki seolah menjadi duri dalam daging Karyawan yang selama ini telah bersama-sama menopang produktifitas Korindo hingga besar sebagai perusahaan dengan status P M A sekarang ini. Jika kita menelusuri napak tilas peralihan pekerja yang sebelumnya berstatus sebagai karyawan Korindo yang kemudian dialihkan menjadi tenaga borongan bagi pemborong yang menangami Saw-mil, Packing dan  chiper. Sungguh tragis memang, jika kita sadar bahwa ini merupakan pembodohan yang mengikis hak-hak dasar warga negara Indonesia yang telah merdeka selama 66 tahun tetapi toh belum bisa merdeka dari hak untuk memperoleh penghidupan yang layak seperti perumahan, kesehatan dan yang lebih penting upah kerja yang masih jauh dari standar upah minimum Propinsi. Duka karyawan borongan di dalam rangkaian industry Plywood Korindo Asiki ini seolah semakin parah ketika jam kerja mereka yang lebih 4 jam setiap hari dan tidak diberikan upah lemburnya. Hal ini setidaknya jika kita mengacu pada kepmen Nakertrans no. 102 tahun 2004.
Anehnya lagi kita warga negara Indonesia Sejati yang melek hukum dan sadar akan ketimpangan tersebut seolah-olah diam seribu bahasa menyaksikan rekan sewarga negara yang di depan mata kita diperas  tenaganya. Entahlah ini salah siapa. Dan bukan bermaksud mencari siapa yang salah tetapi sekedar menggugah hati nurani untuk berani bersikap benar dan positif terhadap setiap permasalahan yang sedang dihadpai oleh karyawan. 

1.       SK GUBERNUR PROPINSI PAPUA NO. 133 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROPINSI PAPUA. SEBESAR:  RP 1.403.00,- PER BULAN
(KESATU: UMP PROPINSI PAPUA:  RP 1.403.00,- PER BULAN)

2.       KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA TENTANG PERHITUNGAN WAKTU DAN UPAH LEMBUR
Kepmen  No. 102 tahun 2004  pasal 1 yang bunyinya:
1.       Waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (eman) hari kerja dalam 1 (satu)  minggu atau 8 (delapan) jam sehari, dan 40 (empat puluh) han 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau waktu kerja pada hari istrirahat mingguan dana atau pada hari libur resmi yang ditetapkan Pemeriantah.
Jika dibandingkan dengan pekerja di toko/market dan beberapa CV yang juga berlokasi di sekitar Asiki, gaji karyawan borongan Korindo memang terbilang kecil apalagi waktu kerja yang lebih empat jam dari yang seharusnya.

Meskipun Karyawan Borongan Korindo itu bukan langsung tanggungjawab PT. KORINDO (istilah lokalnya diborongkan kepada pemborong berupa CV atau unit usaha apalah...???) tetapi yang jelas ini sebagai bukti nyata bahwa masih ada rekan kita yang belum merdeka di atas Tanah Air Indonesia yang dijamin segala hak asasinya baik secara International maupun secara National.

Sedikit puisi kupersembahkan bagi hati nurani kita.

Aku Masih Utuh dan Kata-kata Belum Binasa
aku bukan artis pembuat berita
tapi aku memang selalu kabar buruk buat
penguasa
puisiku bukan puisi
tapi kata-kata gelap
yang berkeringat dan berdesakan
mencari jalan
ia tak mati-mati
meski bola mataku diganti
ia tak mati-mati
meski bercerai dengan rumah
ditusuk-tusuk sepi
ia tak mati-mati
telah kubayar yang dia minta
umur-tenaga-luka
kata-kata itu selalu menagih
padaku ia selalu berkata
kau masih hidup
aku memang masih utuh
dan kata-kata belum binasa


Seorang Karyawan Kontrak Masuk Toko
masuk toko
yang pertama kurasa adalah cahaya
yang terang benderang
tak seperti jalan-jalan sempit
di kampungku yang gelap
sorot mata para penjaga
dan lampu-lampu yang mengitariku
seperti sengaja hendak menunjukkan
dari mana asalku
aku melihat kakiku - jari-jarinya bergerak
aku melihat sandal jepitku
aku menoleh ke kiri ke kanan - bau-bau harum
aku menatap betis-betis dan sepatu
bulu tubuhku berdiri merasakan desir
kipas angin
yang berputar-putar halus lembut
badanku makin mingkup
aku melihat barang-barang yang dipajang
aku menghitung-hitung
aku menghitung upahku
aku menghitung harga tenagaku
yang menggerakkan mesin-mesin di pabrik
aku melihat harga-harga kebutuhan
di etalase
aku melihat bayanganku
makin letih
dan terus diisap

Tulisan di atas tidak bermaksud untuk menyerang pribadi atau kelompok tetapi hanya sekedar curhat penulis sebagai sekretaris SPSI Korindo Group Papua atas ketakberdayaan kita sebagai pekerja dalam memerdekakan rekan sewarga negara yang ada di sekitar kita.

Salam Merdeka....


[New comment] Wisdom for the Journey

nagarajan v commented: "Really worth reading to motivate inner self confidence at times of depression" ...